Title: Falling Tears
Genre: Romance, Hurt, Sad
Cast: Baekhyun, Haerin, others.
Lenght: 1652 words
Summary:
"Jika kamu sedih,
menangislah…
Datanglah ke sisiku…
Jika kamu sakit di mana pun kamu berada…
Datanglah ke sisiku…
Maka
aku akan menghapus tetesan air matamu (tears)…"
----
Aku
menatap cermin dihadapanku. Raut kelelahan terpampang jelas dibayangan cermin
itu. Hari ini, aku baru saja menyelesaikan syuting dramaku. Rasa nyeri terus
menyerang kepalaku. Namun, sesuatu yang berdering dari sakuku mengalihkan rasa
nyeri itu.
Aku
menatap ponsel ditanganku, menarik sudut bibirku membentuk sebuah senyuman.
Sekarang aku tahu, semakin hari aku semakin mencintainya. Hubungan kami harus
tersembunyi dari media. Baekhyun adalah aktor papan atas dan aku hanya seorang
aktris yang baru saja merinti karirku.
“Kau
berhubungan lagi dengannya ?” tanya Diandra manajerku dengan geram. Giginya
gemeletuk dan matanya berkilat-kilat.
Aku
mengangguk pasti. Kufikir tak ada kata-kata yang bisa menjelaskan
ketergantunganku yang amat sangat padanya. Bagai candu yang selalu membuatku
kesakitan jika tak di dekatnya. Siapa yang harus disalahkan dalam hal ini?
“Apa
kau tak merasa jika ia sedang membodohimu? Maksudku, apakah tak aneh jika ia
memintamu go public saat karirnya sedang terpuruk?” Diandra menghampiriku dan
menatap kedua mataku tajam.
Aku
menggeleng cepat. Baekhyun tak mungkin
memanfaatkanku! Karena dia mencintaiku.
Malam ini, Aku dan Baekhyun
menghabiskan waktu bersama menghilang sekejap dari kerlapnya dunia hiburan. Keheningan
yang hanya dihiasi bunyi hujan tiba-tiba dipecahkan bunyi decit yang keras.
Mereka berdua serentak menoleh dan melihat dua mobil sedan hitam berhenti mendadak di dekat mereka. Dua pria keluar dari
masing-masing mobil, tanpa payung, dan
menatap lurus ke arah mereka. Haerin mengerjap dan rasa panik langsung merayapi
dirinya.
“Siapa kalian?” tanya Baekhyun
kepada orang-orang berpakaian serbahitam itu.
“Pasti menyenangkan
menghajar aktris papan atas” ucap mereka.
Aku tidak bisa melepaskan
cengkeramannya di lengan Baekhyun. Pria yang berdiri di hadapanku bersama empat orang anak buahnya itu
terlihat berbahaya. Apa yang diinginkannya?
Tiba-tiba si tukang pukul
kembali melayangkan tendangan ke punggung Baekhyun. Aku memekik. Baekhyun sudah tidak bertenaga.
Seluruh tubuhnya terasa sakit. Darah menetes dari pipi dan bibirnya.
Baekhyun tetap memelukku, menahanku
di tanah dengan tubuhnya sementara ia menerima setiap pukulan yang diarahkan
kepadanya. Aku hanya bisa terisak memanggil
namanya.
“Aku rela pergi saat ini
juga, asal kau selalu bahagia… Aku tidak mungkin membiarkan siapapun
menyakitimu…” Kata-kata Baekhyun membuatku semakin terisak dan memelukkanya
lebih erat. Tiba-tiba semunya jadi gelap.
Esoknya,
Aku menangis tersedu-sedu melihat Baekhyun
yang kini tergolek lemah di rumah sakit. Aku sudah dihujat oleh ibu dan Sora
kakak Baekhyun karena menyebabkan Baekhyun mengalami kemalangan seperti ini.
Ibu
Baekhyun menjambak rambutku di depan
koridor rumah sakit hingga semua orang menjadikan kami bahan tontonan. Dan
beberapa fans Baekhyun melempariku dengan apa saja.
Namun,
mataku tertuju pada sosok tampan itu. Dia berjalan mendekatiku dengan masih
menggunakan seragam rumah sakitnya, masih kulihat jelas perban putih yang
menutupi kepalanya dengan tertatih ia menghampiriku.
Dia
memelukku erat melindungiku dibidang kokohnya, kemudian dengan pelan dia menggiringku
menuju kamarnya. Dia tetap memelukku melindungiku dari lemparan-lemparan batu
dari fansnya.
“Bagaimana
kalau kau buta terkena pecahan kaca?” bentakku dengan tersedu. Aku marah karena
aku terlalu takut untuk kehilangannya.
“Kau
mengkhawatirkanku?” tanyanya sambil terus tersenyum mencubit kedua pipiku
gemas.
“Bodoh…..”
Aku hanya bisa menangis dalam dekapannya dan sesekali memukul dadanya pelan.
Mengapa ia mau berkorban untukku??? Sekarang aku tahu bukan hanya aku yang
sangat mencintainya. Namun, ternyata ia juga sangat mencintaiku.
Hari
ini seperti biasa, aku menuju ruang managerku. Kupikir ini akan menjadi hari
yang indah, namun wajah gusar yang kutemui saat baru saja membuka pintu
menghancurkan semuanya dalam sekejap. Manejerku menyuruhku menemui ayah Baekhyun.
Kulangkahkan
kakiku ragu. Dan akupun terpaku setelah langkah ke limaku. Kulihat ayah Baekhyun duduk tenang bersila di depan sebuah meja
yang pendek.
Aku
mendekat lalu duduk dengan rasa tak nyaman di depannya.
“Lepaskan
dia, kumohon..” sambil meneteskan air mata, Ayah Baekhyun bersujud di depanku.
Aku
membelalakkan mataku lalu menelan ludah karena tenggorokanku tercekat. Baekhyun,
apa yang harus kulakukan sekarang?
“Demi
anakku, aku rela melakukan apapun…” tambahnya dalam posisi yang masih
bersujud lemah.
Sekarang
aku tahu, seberapa besar kami berusaha kami memang tidak akan bisa disatukan. Karena
sampai kapanpun perbedaan itu tetap selalu ada.
Aku
mengusap wajahku kasar. Menatap sosok gadis dengan mata bengkak dihadapanku.
Gadis itu sama seperti diriku, aku terkekeh geli. Karena gadis itu ternyata
bayanganku sendiri.
Hari
ini, mungkin adalah awal yang tepat bagi kami. Aku memang harus mengakhirinya,
sebelum salah satu dari kami terluka. Ah, lebih tepatnya sebelum aku semakin
jatuh cinta dengannya hingga aku tidak bisa melepasnya.
“Aku
pikir, lebih baik kita berpisah…” gumamku akhirnya. Matanya membelalak tak
percaya.
“apa
yang kau katakan? Apa ayahku mengganggumu?!” bentaknya sambil menggenggam
tanganku hingga memerah.
Air
mataku sedikit demi sedikit akhirnya keluar juga meski kutahan sambil menggigit
bibir hingga bibirku nyaris berdarah. Air mata bodoh!
“Lepaskan
Baekhyun .. tanganku perih!” aku memberontak lemah sambil menyembunyikan
tangisku.
“Haerin
, kau kenapa?” tanyanya dengan mata berkaca-kaca. Aku langsung menunduk ketika
ia lebih dekat menatapku.
“Cinta
tak harus memiliki..” kuberanikan diri menatap matanya dengan tajam. Matanya
kini melunak dan genggaman tangannya pun akhirnya lepas.
“Itu
hanya kata-kata orang yang menyerah!” aku memutar badanku membelakanginya lalu
mengerjap untuk menghilangkan air mata yang masih terbendung di mataku.
Setelah
kukumpulkan semua keberanian yang kupunya, aku pun kembali menatapnya.
“Apa
salah kalau aku menyerah?” tanyaku dengan suara parau.
“Tolonglah
bertahan sebentar lagi..” pintanya sambil menangis. Ya Tuhan, aku bahkan tak
sanggup melihat air matanya.
Ini
memang sudah beberapa kali aku membuat Baekhyun
menangis, tapi ini yang paling menyakitkan. Dalam benakku tak kutemukan
jalan untuk kembali lagi padanya. Ini benar-benar akan akhir. Dan memang akan
menjadi akhir.
“Mungkin
mudah bagimu berkata seperti itu karena kau adalah pihak yang selalu
dibenarkan, kau tak tahu seberapa lelahnya aku dihujat oleh semua orang..” Ia
memelukku sangat hangat. Hangat, hingga aku sangat enggan melepasnya. Air
mataku kembali membasahi bagian bahunya.
“Baekhyun
hiduplah bahagia… Jangan buang air matamu hanya untukku” bisikku pelan lalu
melangkah pergi meninggalkannya.
Hari
terakhir aku berpisah dengannya, itulah penyesalan terbesarku. Ternyata
semuanya benar, kami memang tidak bisa dan tidak akan pernah bisa untuk
bersama. Berita yang baru saja kudengar meruntuhkan segalanya.
Kini,
kutatap nanar kini gundukkan tanah besar yang ada di hadapanku. Kulihat wajah
cerianya dalam sebuah bingkai foto.
“Baekhyun
…” hanya itu bisikkan lirih yang keluar seiring air mata penyesalan di pipiku.
Kuingat
saat hari pertama kau berada di sini. Dengan meratap ibu Baekhyun terus menjambak rambutku. Aku tak melawan,
berkata pun aku tak mampu. Hanya air mata dalam diam yang keluar sebagai
jawaban.
“Kalau
bukan karena kau! Baekhyun takkan bunuh
diri seperti ini! Kenapa kau harus memberinya cinta jika pada akhirnya kau
pergi meninggalkannya? Kau pembunuh anakku” tangisan tersedu terus saja mengalun
dari bibir ibu Baekhyun yang mengering.
Aku
bungkam dan diam-diam menangis. Aku terjatuh saat Ibu Baekhyun makin giat
menjambak rambutku hingga menimbulkan kengiluan di kulit kepalaku. Di sela jari
ibu Baekhyun kulihat ada puluhan helai rambutku yang ia dapatkan dengan kasar.
Kulirik
ayah Baekhyun yang masih meratap dan
menggaruk-garuk pusara Baekhyun yang
terpajang gagah. Sora tak henti-hentinya menarik ayahnya sambil juga menangis
hingga wajah manisnya kini memerah dan bengkak.
“Apa
semua ini salahku? Katakan Baekhyun. Katakan sekarang juga? Tapi, kenapa kau
tak menjawabku” batinku.
Aku
mendongak pada ibu Baekhyun , lalu menatapnya dengan datar.
“Semua
memang salah ku… Dari awal aku hanya bisa membuatnya menangis.” lalu berlalu
pergi meninggalkan Baekhyun yang sudah tertidur lelap selamanya.
Aku
memasuki apartemenku dengan langkah gontai. Kuambil ponsel yang kutitipkan pada
Diandra tadi, kunyalakan dan muncul 23 pesan dan 12 pesan suara. Diandra bilang
ia mematikan ponselku karena Baekhyun
terus saja menghubungiku.
Kubaca
pesan itu satu persatu,
Haerin
.. kembalilah..
Haerin
, cepatlah kesini. Aku menunggumu..
Mengapa
belum datang? Aku masih menunggumu…
Aku
kesepian, sekarang siapa yang akan memelukku lagi?
Aku
mendengus membaca semua pesan Baekhyun, isinya berinti sama dan terdengar
seperti rengekkan anak kecil pada ibunya.
Kudekatkan
ponsel itu ke telingaku hendak mendengarkan pesan suara yang Baekhyun kirim kepadaku.
---Di
kehidupan ini, aku rasa kisah kita terlalu sulit. Semua menentang kita untuk
bersama. Aku yakin, aku akan memiliki kehidupan selanjutnya. Dan aku ingin di
kehidupan selanjutnya kita bisa bersama karena cinta dan menjalani cinta
bermakna yang sederhana. Aku mencintaimu dan Tidak akan pernah menyesal karena
sudah mencintaimu. Dan aku tidak akan pernah menyesal karena sudah membuang
semua air mataku untukmu---
Selanjutnya
yang kulakukan hanya meringkuk dalam kamar. Dunia seperti hilang saat ia pergi
meninggalkanku. Akhirnya, aku memutuskan untuk pergi menemuinya. Kuletakkan
sebuket mawar kuning di depan pusara Baekhyun , air mataku kembali mengucur
deras.
Aku
tak pernah mengira Baekhyun akan
ditemukan begitu mengenaskan di apartementnya. ia sendiri, kesakitan menahan
perih di pergelangan tangannya yang teriris. Meringkuk kesepian di lantai
dingin dengan darah mongering dan badan terbujur kaku tanpa seorangpun yang
menemaninya.
Berita
di media begitu gencar menyebutkan jika aku penyebab kematian. Ayah Baekhyun
menulis jika aku mencampakkannya setelah karirnya yang hancur. Aku begitu marah
saat membaca berita itu, siapa yang menyebabkan aku mencampakkannya? Apa ia tak
sadar?
Selang
beberapa hari setelah berita itu beredar. Agencyku sepakat mendepakku dari
grup. Aku dikeluarkan dan mendapatkan banyak antifans yang tak segan membunuhku
jika ada kesempatan.
Kini,
aku menyembunyikan diri di sini. Tempat dimana Baekhyun dimakamkan. Tak membawa
apapun selain baju yang kini melekat di badan. Aku sering berhalusinasi melihat
Baekhyun di sampingku, memberikanku
selimut saat aku mulai menggigil, terus bernyanyi sepanjang malam untuk
menemaniku. Aku merasa jika aku mulai gila.
“Tunggulah
aku sebentar lagi, aku yakin aku akan cepat pergi ke sisimu..” kini bibirku
yang kaku mulai bisa bergerak meskipun sangat sulit.
Kupeluk
tanah merah yang ditumbuhi rumput lembut di atasnya. Air mataku terus saja
keluar tanpa bisa kubendung. Sejauh yang aku ingat, aku sudah 2 hari tersedu
tanpa henti di sini dengan penyesalan yang sangat besar dan menyesakkan dada.
Baekhyun,
seandainya kau tahu. Aku bukan apa-apa tanpamu. Aku merindukan saat kau
mengusap lembut kepalaku. Saat kau menggenggam kedua tanganku. Aku selalu
mengangis saat aku tahu kau sudah tidak ada disampingku.
Bukankah
kau berjanji untuk selalu menghapus air mataku? Kau pembohong, aku membencimu
karena kau membuatku benar-benar tidak bisa membencimu.
Hari ini sekali lagi
Hatiku menangis
Jika aku hidup lagi
jika aku di lahirkan
lagi dan lagi
aku tidak akan bisa
hidup tanpamu
“Aku
mencintaimu Baekhyun dan akan selamanya mencintaimu…”
---END---